Cegukan atau kontraksi otot diafragma yang muncul dengan interval cukup teratur ini dialami pria yang akrab disapa Chris ini tiap dua detik sekali. "Seringkali cegukan yang saya alami cukup parah, sehingga saya tak bisa bernapas. Bahkan saya sering pingsan, karena kondisi ini," katanya seperti dikutip dari laman The Sun.
Parahnya, cegukan yang dialami Chris juga muncul saat ia tidur. "Ketika saya terbangun, tubuh terasa sakit sekali."
Akibat cegukan yang tidak mau berhenti itu, tidak hanya sulit tidur, Chris juga menjadi sulit bicara dan makan. Penderitaan aneh ini telah dirasakan sejak September 2006 hingga Agustus 2009. Jika diakumulasi, Chris cegukan sebanyak 20 juta kali dalam tiga tahun.
Ketika merasa bingung dengan apa yang dialaminya, Chris sempat melakukan serangkaian tes dan scan reguler. Tapi, tidak kunjung menemukan penyebabnya. Saat berat badannya turun secara drastis, Chris sempat akan menjalani pembedahan perut untuk mencari tahu apa yang salah. Namun, tidak juga dapat jawaban.
Hingga akhirnya pada Agustus 2009, Chris pergi ke Tokyo, Jepang, dan melakukan pemeriksaan scan MRI. Ternyata ditemukan pertumbuhan tumor sebesar 1,2 cm di batang otaknya. Dokter mendiagnosis tekanan dari tumor yang tumbuh tersebut bisa memengaruhi sistem saraf sehingga memicu Chris tidak berhenti cegukan.
Walaupun dokter telah memberikan peringatan, tumor yang ada di kepalanya tidak dapat dioperasi, namun Chris bersikeras menjalani operasi otak. Akhirnya, sebulan setelah didiagnosis, Chris jalani operasi itu di Royal Hallamshire Hospital di Sheffield, Yorks, Inggris.
Operasi yang dilakukan berhasil mengangkat 60 persen dari tumor, dan membuat cegukannya berkurang secara signifikan.
Meskipun mengalami mati rasa dan kesulitan koordinasi, tapi perkembangan Chris justru lebih baik dari pada yang dibayangkan oleh dokter sebelumnya. Chris tetap berharap di masa depan akan ada bantuan besar yang bisa membantunya untuk bisa hidup normal kembali.
Kesimpulannya, jangan sepelekan cegukan yang terjadi dalam waktu lama dan berlangsung terus menerus, atau bahkan permanen. Kondisi itu bisa menjadi gejala dari penyakit. Gejala ini biasanya berhubungan dengan adanya masalah di otak, seperti tumor otak, stroke, atau adanya infeksi di susunan saraf otak.